Resiko Pada TI. part.2

Penerapan TI pada perusahaan di negara berkembang masih belum optimal, hal ini disebabkan karena :

1. Pembangunan infrastruktur TI yang belum memadai. Sebagai contoh pembangunan
telekomunikasi di negara-negara berkembang yang terhambat disebabkan oleh faktor kebijakan dan regulasi, faktor keuangan, kondisi politik, SDM dan sebagainya.

2. Sumber Daya Manusia (SDM) TI yang masih kurang. Kebutuhan SDM TI untuk indonesia
hingga tahun 2010 diperkirakan sebanyak 320.000 orang.

3. Lemahnya Industri Perangkat Lunak. Hal in idisebabkan oleh banyak faktor, diantaranya :
butuh SDM dengan kualifikasi teknik tinggi, sumber-sumber informasi pengembangan piranti
lunak tidak didapatkan di bangku kuliah, dukungan finansial yang relatif kecil, dan masih
adanya pembajakan piranti lunak.


Dari ketiga hal faktor yang menyebabkan rendahnya penentrasi TI, maka diperlukan suatu pemodelan framework manajemen resiko yang dapat membantu perusahan-perusahaan TI di negara berkembang untuk lebih mengenal resiko yang ada, mencoba untuk menganalisa resiko sehingga bisa memilih respon terhadap resiko dengan tepat.

Proses identifikasi resiko (gambar dibawah) terdiri dari sumber resiko, kejadian (event) yang dapat
menyebabkan resiko dan dampak yang dihasilkan jika resiko itu terjadi (effect). Sumber resiko dan kelemahan (vulnerability) ini akan menjadi sumber ancaman (threat source).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Resiko Pada TI.

Biasa dikenal sebagai riskplan, dengan penjelasan sebagai berikut.

Risk plan adalah daftar resiko/masalah yang mungkin terjadi selama proyek berlangsung dan bagaimana menangani terjadinya resiko tersebut. Bagaimanapun juga ketidakpastian adalah musuh semua rencana, termasuk rencana proyek. Terkadang ada saja waktu-waktu yang tidak menyenangkan bagi proyek, banyak kesulitan terjadi misalnya suatu resource tiba-tiba tidak tersedia. Oleh karenanya risk plan adalah persiapan terbaik menghadapi ketidakpastian.

Langkah-langkah berikut dapat menjadi acuan untuk mendapatkan Risk Plan:

1. Pembahasan resiko potensial
Project manager akan memimpin sebuah sesi/rapat untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkin akan muncul. Anggota tim akan dipancing untuk mengemukakan resiko-resiko yang terpikirkan. Project manager akan menuliskannya di papan tulis setiap ada yang mengemukakan pendapat yang relevan. Sedikit pendapat mungkin akan muncul pada awalnya, kemudian berlanjut dengan tanggapan yang susul-menyusul hingga akhirnya suasana mendingin sampai akhirnya pendapat terakhir diutarakan.
Resiko yang dimaksud di sini adalah resiko spesifik. Jika suatu resiko dirasa belum spesifik maka project manager akan memancing agar permasalahan disampaikan secara lebih spesifik. Sumber masalah yang baik lainnya adah asumsi-asumsi yang muncul ketika membuat Vision and Scope dan melakukan estimasi dengan metode Wideband Dephi.

2. Estimasi dampat tiap resiko/masalah
Tim akan memberikan rating untuk setiap resiko. Nilainya berkisar dari 1 (masalah dengan resiko kecil) hingga 5 (masalah dengan resiko besar, kemungkinan munculnya besar, mungkin menghabiskan biaya besar dan sulit untuk membereskannya).

3. Buat sebuah risk plan
Tim akan mengidentifikasi langkah-langkah yang akan di ambil untuk mengatasi masalah-masalah yang akan muncul tersebut, dimulai dari resiko bernilai 5.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pengertian dan Ruang Lingkup Proyek

Pengertian dari proyek sangat beraneka ragam, apa lagi kalo kita cari di internet atau di buku. banyak definsi yang kita dapat dari banyak sumber. sehingga kalo dirumuskan hanya akan mendapat banyak definsi.

Saya merangkumnya menjadi pengertian proyek adalah : Temporary dan Unique. Artinya proyek itu bersifat ssementara dan unik dari kontentnya. jadi kita bisa membedakan mana pekerjaan yang disebut proyek atau bukan.

Management project
manajemen proyek adalah sebuah metode / prosedur yang mempunyai kemampuan untuk menghandel tugas-tugas yang non-rutin. Dengan kata lain, untuk tugas-tugas rutin, manajemen proyek tidak dibutuhkan – yang digunakan adalah manajemen operasi (operations management).

Salah satu karakteristik utama yg membedakan manajemen proyek dengan manajemen operasi adalah filosofinya. (wadau filosofi ) Manajemen operasi menganut filosofi “management by exception” – artinya bos / pimpinan turun tangan saat ada ‘exception’ atau hal-hal yg aneh / outlier [seperti di control chart-nya QC itu lho]. Jika semua indikator kinerja menunjukkan ‘within tolerance’, maka tak ada yg perlu dilakukan.

Di manajemen proyek filosofinya adalah “everything is exception” – tidak ada rutinitas, tidak ada ada SOP yang strict – semuanya perkecualian karena sifatnya yg unik.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS