Kalimat Dasar Bahasa Indonesia

TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
I. PENGENALAN INTIFRASE UNTUK MENGETAHUI INTI MAKNA
Frase: Satuan gramatikal (himpunan kata) yang merupakan kesatuan linguistik dan
tidak melebihi fungsi S, P, O, dan K.

Untuk mengetahui intifrase tidaklah sulit, demikian pula untuk mengetahui inti makna,
keduanya saling berkait dan saling bersesuaian. Dimana titik (inti) makna berada
disitulah intifrasenya.
Jadi untuk mengetahui inti frase harus dipahami dulu makna frase tersebut :

Contoh:
1. selalu banyak alasan
2. rumah yang indah
3. tidak jadi pergi
4. orang yang tinggi besar
5. cantik sekali


II. PERBANDINGAN POLA PEMBENTUKAN FRASE
Pola frase yang sering dibahas dan ditanyakan dalam tes-tes, berdasarkan kelas atau
jenisnya :
- Frase Nominal : - gedung sekolah
- surat kabar harian
- pertunjukan drama


- Frase Verbal
- Frase Adjektival
- Frase Adverbial


: - sedang makan
- sudah pergi
- terlalu belajar
: - sangat cantik
- agak malas
- terlalu berat
: - kemarin siang
- tadi malam
- bulan depan

- Frase Preposisional : - di Jakarta
- dari Surabaya
- untuk adiknya


III. PERBANDINGAN POLA KALIMAT

1. Kalimat Tunggal
Kalimat yang hanya terdiri dari unsur inti (S, P) atau satu klausa saja.

Contoh:
• Ayah seorang guru SMP.
• Guru bahasa Inggris disekolahku akan melawat ke Amerika Serikat.
• Ibu sakit.
Ketiga contoh di atas masing-masing hanya mengandung satu klausa saja. Pada
contoh kedua, pola kalimat tersebut diperluas namun tidak sampai membentuk pola
kalimat baru.
2. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (rangkaian S, P) dan keduanya saling
bergantung atau sama derajatnya.
Contoh:
• Ayah membaca buku, Ibu memasak di dapur.
• Tuti tidak senang bernyanyi, tetapi ia senang musik.
• Rudi tidak saja melihat, bahkan ia yang pertama kali menolong korban itu.
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (rangkaian S, P) dan salah satu
unsurnya menjadi bagian dari unsur yang lain.
Contoh:
• (Karena) ibu sakit, ayah memasak.
• Toni datang (ketika) saya sedang mandi.
• (Walaupun) orangya melarang, ia tetap berangkat.
Keterangan :
1. Klausa yang dilekati konjungsi dinamakan anak kalimat, sedang yang tidak dilekati
dinamakan induk kalimat.
2. Perbandingan pola kalimat berdasarkan jenis kata atau fungsi dapat anda ingat pola
dasar kalimat bahasa Indonesia.


IV. PENENTUAN POLA KALIMAT INTI DALAM KALIMAT LAIN

Sebuah kalimat tunggal terdiri satu rangkaian unsur inti (S, P). Perluasan dari kalimat
tunggal biasanya tidak melampaui batas (S, P) atau tidak membentuk pola kalimat
baru.

Cara menentukan kalimat inti dari kalimat perluasan sebagai berikut :
Orang yang tinggi besar itu sama sekali bukan tetangga pamanku.
Kalimat intinya: Orang itu pamanku.
Ia berlari dengan cepat agar tidak terlambat.
Kalimat intinya: Ia berlari.

Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa gatra/jabatan kalimat terbagi sebagai
berikut:
- Gatra inti: Subjek dan Predikat
- Gatra tambahan: Objek (tambahan erat), Keterangan (tambahan longgar).
Dengan demikian penentuan kalimat inti segera dapat diketahui dengan mengambil
Subjek dan Predikat intinya.

Adapun ciri-ciri kalimat inti adalah sebagai berikut :
• bersusun S/P
• terdiri atas dua kata (S bisa ditambah ini, itu)
• kalimat berita
• positif
Dari dua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat inti dari kalimat perluasan
adalah rangkaian dari subjek inti (yang dipokokkan) dengan predikat inti (yang
menerangkan pokok).


V. PENENTUAN KEEFEKTIFAN KALIMAT

Kalimat efektif yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, antara
pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya.

Dasar-dasar penguasaan kebahasaan yang mendukung keefektifan kalimat antara
lain : kosa kata yang tepat, kaidah sintaksis, dan penalaran yang logis.

Bandingkan :
• Walaupun ia tidak sekolah namun semangatnya berkobar.
• Ia tidak pernah sekolah namun semangatnya berkobar.
• Walaupun ia tidak pernah sekolah semangatnya berkobar.
• Di Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
• Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Di Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
Dari contoh-contoh tersebut manakah yang termasuk kalimat efektif ?


VI. PERLUASAN KALIMAT DAN TRANSFORMASI KALIMAT

1. Perluasan Kalimat
Perluasan kalimat, diawali dari kalimat yang mengandung dua unsur pusat, kemudian
ditambah satu unsur tambahan atau lebih.
Ayah mengetahui hal itu
S P O


Kalimat ini adalah perluasan dari Ayah mengetahui
S P
Karena predikatnya tergolong transitif, maka kehadiran objek menjadi wajib.
Apabila kalimat tersebut diperluas, bisa menjadi kalimat majemuk bertingkat seperti :
Ayah mengetahui bahwa aku menikah
S P O
S/P

2. Transformasi Kalimat
Kalimat Transformasi : kalimat yang telah berubah struktur gramatikalnya dari kalimat
inti menjadi struktur gramatikal baru.




Transformasi kalimat bisa ditempuh dengan cara :
a. Perluasan : Kami pergi. (inti)
Kami belum akan pergi ke sana. (transformasi) → kalimat luas.
b. Pengurangan : Kota ini indah. (inti)
Kota ini. (transformasi) → kalimat Elips.
c. Permutasi : Siti belajar. (inti)
Belajar Siti. (transformasi) → kalimat Inversi.
d. Pengubahan : Ibu sakit. (inti)
Ibu Sakit ? (transformasi) → kalimat Tanya
kalimat PerintahBudi turun ! (transformasi) →


VII. KATA PENGHUBUNG KALIMAT


• tetapi, meskipun, walaupun, namun
• atau
• bahkan, sekalipun
• dan
• sehingga


VIII. FUNGSI KATA DALAM KALIMAT

• sejak, lalu, kemudian, seketika itu
: mempertentangkan
: memilih
: menguatkan
: menambah, menyetarakan
: menyimpulkan




: waktu
• dimana, di sana, di dalam
• untuk, agar, supaya
• karena, sebab


: tempat
: fungsi
: sebab-akibat

Cara Menentukan Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap dan Keterangan
Cara menentukan Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap dan Keterangan dengan Mudah
1. Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
• Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
• Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu.
• Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
• Mempunyai Keterangan Pewatas yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.

• Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.

• Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

2. Predikat
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
• Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
• Kata adalah atau ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
• Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
• Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
• Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
1. Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
2. Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).



3 Ciri-Ciri Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
• Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
• Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
• Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
• Didahului Kata bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.


4 Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
2. Menempati posisi di belakang predikat.
3. Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
• Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a. Diah mengirimi saya buku baru.
b. Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
• Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.



5 Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
• Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
• Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
• Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
• Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
• Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
• Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.

POLA KALIMAT DASAR
Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar,kita telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri.berdasarkan penelitian para ahli .
Jenis-jenis kalimat menurut struktur gramatika
Menurut strukturnya klaimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif),tidak setara (subordinatif),atau campuran (koordinatif-subrodinatif).
A. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari :
unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan
kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri
atas satu subjek dan satu predikat.
Contoh :

Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat
(ramah). Kalimat itu menjadi
Dosenitu ramah.
S P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata
bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S P
Ketiga pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat
tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan
menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih panjang
daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat
Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula.
S P K
Perluasan kalimat itu adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester III.

demikianlah pembahasan kami tentang kalimat bahasa indonesia,mohon maaf klau da kekuranganya,mohon di maklumi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Kalimat Dasar Bahasa Indonesia"

Posting Komentar